SERANG, BANTENPRO.CO.ID – Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Banten Ati Pramuji Hastuti mengatakan angka stunting di Provinsi Banten turun mencapai 20 Persen.
Kata dua, hal itu erdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Provinsi Banten turun menjadi 20 persen dari tahun sebelumnya, atau lebih tepat berkurang sebesar 4,5 persen.
Menurut Ati, capaian itu merupakan PR bersama antar semua pihak untuk terus berkolaborasi dan berkontribusi dari hal terkecil.
“Penanganan stunting ini jangan dilakukan dari orang yang sakitnya. Tetapi dari hulunya dan hal itu bisa saja dilakukan berupa promotif atau preventif yang bisa bersama-sama kita lakukan,” ungkapnya.
Pemprov Banten Targetkan Rumah Sakit Labuan Opersional Di Akhir Tahun 2023
Pemprov Banten Lakukan Afirmasi Belanja Produk Dalam Negeri dan UMKM Melalui E-Purchasing
Dengan upaya yang terus dilakukan, Ati berharap masyarakat bisa menemukan batu loncatan atau inovasi tersendiri dalam mencegah stunting sesuai dengan kemampuan keluarga atau daerah masing-masing.
“Dengan komunikasi yang kita lakukan bersama secara masif dan terus menerus mengenai stunting, saya harap masyarakat akhirnya tahu lalu menjadi mau. Kemudian mampu secara mandiri untuk melakukan pencegahan yang diharapkan,” pungkasnya.
Ati Pramudji Hastuti menyampaikan keberhasilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam melakukan pencegahan stunting ini didasari oleh komitmen seluruh masyarakat Provinsi Banten, salah satunya melalui peran media massa.
“Dalam kesempatan ini, komitmen yang kita bentuk ialah bagaimana kita bisa mencegah stunting kepada seluruh masyarakat Banten. Yang mungkin bisa melalui rekan-rekan media ini,” ungkap Ati.
IKA Untirta: Usulan Nama Pj Gubernur Banten Jangan Didasarkan Pertimbangan Like or Dislike
Pemprov Banten Apresiasi Tiga Raperda Usul Dewan
Dikatakan, dengan mengoptimalkan peran semua pihak, diharapkan tidak hanya menanamkan komitmen saja melainkan mampu merubah perilaku masyarakat melalui sosialisasi mengenai pencegahan stunting.
“Kita juga harus terus berikan pengetahuan agar masyarakat bisa membedakan stunting (pertumbuhan yang lambat) atau stunting kelainan pada sensorik dan motorik. Sehingga kita tidak salah memilih tindakan apa yang harus diberikan,” ungkapnya.***